Bengaluru (ANTARA) – Harga emas menyentuh level tertinggi lebih dari satu minggu pada Senin (23 Mei), karena pelonggaran dolar mendukung emas batangan yang dihargakan dengan greenback, meskipun kenaikan imbal hasil Treasury AS membatasi kenaikan.
Emas spot naik 0,3 persen menjadi $ 1,850.39 per ons pada pukul 8.39 pagi waktu Singapura, tertinggi sejak 12 Mei. Emas berjangka AS juga naik 0,3 persen menjadi US$1.847,90.
Dolar Amerika Serikat memulai minggu ini dengan mundur, menyusul kerugian mingguan pertamanya dalam hampir dua bulan, karena investor memangkas taruhan pada lebih banyak keuntungan dolar dari kenaikan suku bunga AS dan berharap bahwa pelonggaran penguncian Covid-19 di China dapat membantu pertumbuhan global.
Dolar yang lebih lemah membuat emas batangan lebih menarik bagi pembeli luar negeri.
Namun, benchmark imbal hasil Treasury 10-tahun AS menguat, membatasi permintaan untuk emas dengan imbal hasil nol.
Presiden Federal Reserve Bank of St Louis James Bullard menegaskan kembali pandangannya pekan lalu bahwa bank sentral AS harus menaikkan suku bunga menjadi 3,5 persen tahun ini untuk mengendalikan inflasi yang tinggi lebih cepat.
Bullion, dipandang sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa krisis ekonomi, cenderung menjadi kurang menarik bagi investor ketika suku bunga AS dinaikkan karena tidak menghasilkan bunga.
Saham Asia menghadapi awal yang tidak pasti pada hari Senin karena kekhawatiran inflasi yang terus-menerus dan prospek kenaikan suku bunga menghambat prospek ekonomi global.
SPDR Gold Trust, dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas terbesar di dunia, mengatakan kepemilikannya naik 0,69 persen menjadi 1.063,43 ton pada hari Jumat dari 1.056,18 ton pada hari Kamis.
Perak spot naik 0,7 persen pada 21,90 dolar AS per ons, platinum menguat 0,3 persen menjadi 958,43 dolar AS, dan paladium naik 0,8 persen menjadi 1.979,27 dolar AS.