Tamil Sri Lanka menuntut tentara dikurung sebelum pemungutan suara kunci

Kolombo (AFP) – Partai Tamil utama Sri Lanka pada Selasa menuntut pasukan dikurung di barak setelah menuduh mereka berkampanye untuk partai yang berkuasa pada pemilihan kunci di bekas kubu separatis Jaffna.

Aliansi Nasional Tamil (TNA) mengatakan kepada Presiden Mahinda Rajapakse bahwa tentara berkampanye untuk United People’s Freedom Alliance (UPFA) di semenanjung Jaffna, di mana partai minoritas diharapkan melakukannya dengan baik.

TNA mengatakan tentara juga secara selektif mencegah warga Tamil di kubu TNA memberikan suara pada pemilihan dewan provinsi pertama di kawasan itu, yang dijadwalkan pada 21 September.

Pemungutan suara ini sejalan dengan janji Kolombo kepada masyarakat internasional untuk berbagi kekuasaan terbatas dengan etnis Tamil melalui dewan lokal setelah militer menghancurkan pemberontak separatis Macan Tamil pada Mei 2009.

Pemerintah yang didominasi Sinhala berada di bawah tekanan internasional untuk mempromosikan rekonsiliasi etnis dan menyelidiki tuduhan kejahatan perang oleh pasukannya pada tahap akhir perang.

Mereka membantah apa yang disebut PBB sebagai “tuduhan yang kredibel” bahwa hingga 40.000 warga sipil tewas selama final berdarah.

TNA mengatakan militer terus terlibat dalam kegiatan sipil dan jelas berusaha mempengaruhi 714.000 pemilih terutama Tamil, dan mendukung kandidat UPFA Rajapakse.

“Apa yang tidak pantas bahkan sebelum pengumuman jajak pendapat bukan hanya kehadiran militer tetapi fakta bahwa mereka tanpa undangan terlibat dengan penduduk sipil dalam banyak masalah sipil eksklusif,” kata TNA.

Pemimpin TNA R. Sampanthan dalam suratnya mengatakan otoritas pemilu tidak dapat menghentikan keterlibatan militer di wilayah tersebut.

“Jelas bahwa tidak mungkin ada pemilihan yang bebas dan adil jika militer terus mengganggu kehadirannya di Provinsi Utara,” kata Sampanthan dalam suratnya kepada Rajapakse.

“Dengan demikian menjadi keharusan bagi saya untuk meminta Anda untuk segera menurunkan tentara dan pasukan keamanan lainnya ke barak dan meninggalkan pemeliharaan hukum dan ketertiban di tangan polisi.”

Tidak ada komentar langsung dari kantor presiden, tetapi militer membantah terlibat dalam pekerjaan propaganda pemilu.

“Tuduhan ini tidak berdasar,” kata juru bicara militer Ruwan Wanigasooriya.

“Kami telah terlibat dalam urusan sipil sejak akhir perang dan selalu bekerja atas undangan rakyat.”

“Keterlibatan kami terus berlanjut, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada pada tahun 2010 dan 2012. Saya benar-benar menyangkal bahwa tentara terlibat dalam kegiatan politik.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Proudly powered by WordPress | Theme: Cute Blog by Crimson Themes.